khazanah alam

dianugerahkan untuk kita menikmatinya....perlu dipelajari, diperbaiki dan dipelihara untuk diturunkan buat generasi seterusnya......tentunya kita tidak mahu dipersalahkan oleh generasi akan datang sebagaimana kita cuba menunding jari ke generasi sebelum ini......fikirkanlah.....

Friday 13 January 2012

cengkih bermula dari wilayah tandus

 


 Cengkih mengalami kejayaan, terutama pada paroh kedua tahun 70-an. Trenggalek yang sejak lama dikenal sebagai wilayah tandus dan daerah termiskin di Jawa Timur pun mengukir mimpi bersama tumbuhnya tanaman cengkih yang ketika itu dipopulerkan oleh sang bupati, Soetran. Dipandang berjasa sebagai pemimpin yang memberikan banyak harapan bagi masyarakatnya, nama Soetran pun diabadikan sebagai nama jalan, di salah satu sudut ibukota Kabupaten yang di sisi Selatan-nya langsung berbatasan dengan Australia itu. Dalam perjalanan waktu, orang menyadari, termasuk Pemerintah, bahwa berkembangnya pertanian cengkih yang bahkan sempat dijuluki sebagai emas hijau itu tak juga meningkatkan kesejahteraan para petaninya secara setimpal. Artinya, bahwa pendapatan petani meningkat, memang demikian. Tetapi, ternyuata petani menjadi bulan-bulanan tengkulak besar.

Maka, pemerintah membentuk sebuah badan bernama BPPC (Badan Penyangga Perdagangan Cengkih) untuk mengurusi tataniaga cengkih, itu pada paroh kedua tahun 80-an.

Apa yang terjadi kemudian ternyata semakin jauh dari harapan. Para pelaku perdagangan (tengkulak besar) ternyata tetap memainkan peran. BPPC ternyata kemudian hanya menjadi lembaga stempel untuk memungut sebagian keringat para petani. BPPC sempat menjadi besar, dan petani makin menjerit.