“Indonesia tetap mengimpor garam meskipun laut dan pantainya luas. Di Juni 2013, impor garam yang dilakukan Indonesia mencapai 112 ribu ton atau senilai US$ 5,6 juta. Selama enam bulan (Januari-Juni 2013), impor garam tercatat mencapai 923 ribu ton atau senilai US$ 43,1 juta.” (sumber berita http://finance.detik.com/read/2013/08/06/183539/2325181/1036/meski-laut-luas-ri-masih-impor-garam-dari-australia-dan-singapura)
Pertama saya baca berita ini,saya pikir mata saya sudah rabun,masa iya negara dengan lautan terluas dan garis pantai terpanjang di muka bumi ini mengimpor garam dari negara lain,bahkan dari negara singapura yang lautnya hanya “sejengkal”.Saya mencoba mengucek-ucek mata,tapi mata saya tetap melihat hal yang sama.Karena takut mungkin saya sudah kembali buta huruf,jadi tulisannya bukan begitu atau saya salah baca,saya minta tolong kepada kawan untuk membacanya,hasilnya sama…..
Kami kemudian minta tolong sama kawan yang lain,bukan apa-apa,tapi hal ini membuat kami (bahkan hampir satu kampung) geleng-geleng kepala tidak percaya.Kalau negara kita mengimpor gandum,mungkin masih wajar,soalnya ladang-ladang gandum sudah habis di sulap menjadi perumahan.Konon lagi sawah-sawah sudah di alihkan menjadi kebun sawit,berbekal pengalaman dan pendapat para bekas TKI kita yang “merantau” ke Malaysia,karena Malaysia lebih maju dan kaya di carilah apa rahasianya,dan rahasianya ternyata,Malaysia menanam produk konsumsi internasional (sawit),bukan produk konsumsi regional (padi),karena konon orang di eropa dan setengah di bumi ini tidak makan nasi.
sumber dari: sosbud.kompasiana.com