Dalam kitab Mukasyafah al-Qulub dikisahkan* suatu hari Malik bin Dinar berjalan-jalan di pasar Basrah, lalu ia melihat buah tin dan sangat menginginkannya. Ia pun melepaskan sandalnya dan memberikan kepada tukang sayur, lalu berkata "berikanlah kepada saya buah tin itu."
Melihat sandal itu, tukang sayur berkata "Nilai sandal ini tidak sebanding sedikitpun dengan harga buah tin"
Malik pun pergi. Lalu seseorang bertanya kepada kepada tukang sayur itu "Tidakkah anda mengenal siapa orang itu?"
"Tidak", jawabnya.
"Ia adalah Malik bin Dinar", orang itu memberi penjelasan.
Tukang sayur itu pun memberi sepiring buah tin yang dibawa di atas kepala budaknya. Ia berkata kepada budaknya "Jika ia menerima ini darimu, kamu merdeka."
Lalu budak itu berlari mengejar Malik bin Dinar. Budak itu berkata kepada Malik "Terimalah ini dari saya."
Akan tetapi, Malik menolak. Lalu budak itu berkata lagi kepada Malik "Terimalah ini dari saya, sebab di situ terdapat kemerdekaan saya."
"Jika di situ terdapat kemerdekaanmu, di situ pula terdapat azab untukku," kata Malik bin Dinar kepada budak itu.
Budak itu terus mendesaknya. Malik lantas berkata, "Aku telah bersumpah untuk tidak menjual agama dengan buah tin dan tidak memakan buah tin hingga hari kiamat."
Pada saat menjelang ajalnya, Malik bin Dinar jatuh sakit. Sebelum kematiannya, ia sangat menginginkan segelas madu dan susu untuk dicelupi roti panas. Lantas pelayannya datang membawa apa yang diinginkannya. Malik pun mengambilnya dan memandanginya sesaat, kemudian berkata "Duhai diri, engkau telah bersabar selama tiga puluh tahun dan tersisa umurnya sesaat."
Kemudian ia melempar gelas yang ada di tangannya, menahan nafsunya , dan kemudian meninggal dunia.
Demikianlah keadaan para Nabi, para Wali, para Shiddiqun, para pecinta Allah, dan orang-orang zuhud.
*dikutip dari buku "Menyingkap Hati Menghampiri Ilahi"