Pohon ini adalah anugerah rabbani, menjadi nama sebuah surat dalam al Qur’an al Karim dan diabadikan dalam salah satu ayatnya, “Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun, dan demi bukit Sinai.” Puluhan ayat al Qur’an al Karim menegaskan keterkaitan pohon ini dengan tanah yang diberkati ini. Pohon zaitun bagi rakyat Palestina merupakan symbol perjuangan dan mengakar di tempatnya. Pohon zaitun bagi mereka juga merupakan symbol keagungan dan kebanggaan di langit, dan symbol perjalanan sejarah di zaman ini.
Israel Musuh Bagi Pohon Zaitun
Sejak awal penjajah Zionis Israel mengatahui pentingnya pohon zaitun; maka pertama kali yang diserang adalah pohon ini dan menghancurkannya tanpa peduli dengan semua undang undang lingkungan dan yang lainnya yang melindungi alam, khususnya pepohonan.
Sampai hari ini penjajah Israel masih terus melakukan serangan terhadap pohon zaitun dan membongkarnya dengan buldoser-buldoser militernya. Setiap harinya ladang-ladang zaitun Palestina kehilangan pohon-pohon zaitun yang umurnya kadang-kadang lebih dari 1000 tahun. Sebagaimana yang sedang terjadi dan telah terjadi sejak hari-hari pembakarang terus menerus terhadap ladang-ladang zaitun oleh para pemukim Yahudi di daerah Hawara, Ushaira dan Orta. Semua itu dilakukan dengan alasan keamanan atau perluasan permukiman-permukiman Yahudi atau pendirian tembok keamanan.
Serangan terhadap para petani Palestina, keluarga dan pekernya merupakan rangkaian kedua dalam aksi-aksi permusuhan penjajah Zionis Israel, militer dan para pemukim Yahudinya. Serangan terhadap para petani pada musim-musim panen zaitun yang lalu telah mengakibatkan jatuhnya para syuhada yang gugur serta korban luka dari para petani dan keluarga mereka. Akibat terburuk dari semua itu adalah karena banyak petani terpaksa meninggalkan hasil tahunan mereka yang lama mereka tunggu dan tidak bisa mengumpulkannya karena khawatir akan hidup mereka dan nyawa anak-anaknya juga anak-anak keluarganya mereka. Terutama ladang yang dekat dengan permukiman-permukiman Yahudi dan barak-barak militer penjajah Israel. Ahamd Dzafir, salah seorang petani zaitun Palestina mengungkapkan, pemandangan ratusan tunas zaitun kering di dekat perlintasan dan barak militer Za’tara mengiris-iris hati.
Target Strategis Pada Ketahanan Pangan
Insinyur pertanian Muhammad Abdul Halim, warga Palestina asal Nablus, Tepi Barat, menganggap serangan terhadap pohon zaitu merupakan “target strategis khusus”. Terlebih hasil zaitun pertanian merupakan salah satu faktor ketahanan pangan Palestina dan juga salah satu bahan konsumsi terpenting bagi warga Palestina, sekaligus salah satu symbol terpenting bagi perjuangan dan pengakaran sejarah di tanah Palestina.
Bukti nyata dari semua itu adalah aksi penjajah Israel membongkar ratusan ribu pohon zaitun, khususnya dari tanah pertanian untuk mendirikan permukiman-permukiman Yahudi dan tembok pemisah rasial yang dikatakan alasannya adalah keamanan untuk melindungi Israel dari orang-orang Palestina. Israel juga melakukan pembongkaran pohon-pohon zaitun di jalan-jalan utama Tepi Barat, khususnya yang menghadap barak-barak militer dan permukiman-permukiman Yahudi. Alasannya adalah hanya karena khawatir terhadap serangan orang-orang Palestina dari balik pohon di lokasi-lokasi tersebut.
Abdul Halim menjelaskan penjajah Israel selalu menampakkan perhatian pada masalah lingkungan secara lahiriah saja dan berbicara bagaimana memelihara lingkungan. “Namun yang terjadi sebaliknya dan lebih buruk, Israel hanya melindungi lingkungan dirinya sendiri. Mereka membuang limbah dan bahan kimia di tanah Palestina. Dan ini adalah fakta yang sesungguhnya. Semua itu dilakukan di depan mata dan telinga semua pihak, tanpa ada yang bergerak. Mereka menghabisi pohon-pohon Palestina untuk menghancurkan lingkungan kami dan menjaga keamanannya sendiri yang mereka klaim.”
Kesaksian Orang Israel
Buldoser Israel adalah alat untuk membongkar pohon-pohon zaitun Palestina. Penulis Israel, Yahud Litani, di harian Israel Ma’arev mengatakan, “Buldoser sudah menjadi alat perang bagi militer menyerupai tank-tank tempur. Digunakan untuk melakukan penghancuran dan bukan pembangunan.”
Hal itu diperkuat oleh penulis Israel lainnya Ofer Shilh. Dia menegaskan, “Sahabat penghancur kita terus merancang realita di Tepi Barat.” Yang dimaksud kata “penghancur” di sini dalam pemikiran dan praktek penjajahan Israel adalah buldoser yang digunakan untuk melakukan pembongkaran, penggusuran, penghancuran, perobohan, pembersihan dan pembangunan permukiman seluas mungkin di atas tanah Palestina.
Penjajah Israel tidak meniadakan pengeluaran fatwa dan keputusan untuk menguasai ponon zaitun dan pembongkarannya. Mantan Rabi senior Yahudi Mardechai Elyaho dalam fatwa pembenaran atas penguasaan zaitun Palestina oleh para pemukim Yahudi, dia mengatakan, “negeri pedalaman dan kerja rakyat diwariskan”. Dia adalah salah seorang Rabi paling senior yang melegalkan pencurian zaitun Palestina oleh para inperialis (pemukim Yahudi). Dia mengatakan, “Adalah mungkin mengambil hasil panen, memetik zaitun dan mencurinya dari para petani Palestina. karena mereka menanam di tanah kita.”
Data Pembongkaran Zaitun
Berdasarkan data pihak Palestina, pohon zaitun yang telah dibonkar dan dihancurkan penjajah Israel mencapai satu setengah juta pohon. Terutama dilakukan saat melakukan pembukaan jalan-jalan persimpangan, pembangunan tembom pemisah rasial, serta perluasan jalan-jalan, permukiman-permukiman Yahudi dan barak-barak militer.
Begitulah, penjajah Israel tidak membiarkan pohon-pohon zaitun Palestina tumbuh subur sebagaimana adanya. Meski secara pohon-pohon zaitun Palestina menjadi target penghancuran, namun pada waktu yang sama juga menjadikan target pohon zaitun jenis khusus yang umurnya melebihi usia paling lama sejarah Yahudi yang tertulis di Palestina. Yaitu pohon “Zaitun Romani”. Penghancuran dan pembakaran jenis pohon zaitun ini pada dasarnya adalah upaya sistematis dan berdasarkan kajian untuk mengembalikan penulisan sejarah pada landasan abhwa sejarah klasik kawasan mulai sejak 3 ribu tahun lalu saja. Yaitu sejak Yahudi masuk ke Palestina
sumber dari: bellaferta.multiply.com